Diposting oleh
Fadlan Rizqi
pada tanggal
amalan memudahkan rezeki
Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur
sunan drajat
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
EKONOMI MARITIM
NAMA : Muhammad Fadlan Rizqi Wahyudi
NPM : 05.2019.1.01221
Resume
Potensi Ekonomi Maritim di Jawa Timur
v Pengertian
Ekonomi Maritim
Ekonomi Maritim adalah semua yang mencakup seluruh
kegiatan ekonomi di pesisir laut, serta wilayah sekitar laut.
Beberapa kegiatan ekonomi maritim antara lain adalah mencakup
transportasi laut, industri galangan kapal dan perawatannya, pembangunan dan
pengoperasian pelabuhan beserta industri dan jasa terkait. Selain itu, ekonomi maritim juga
merupakan kebijakan ekonomi yang diambil oleh negara kepulauan demi
memeratakan ekonomi pembangunan nasional.
Berdasarkan sejarah Indonesia dibidang
maritim dan ekonomi kelautan pada zaman kerajaan, kejayaan ekonomi kelautan
Indonesia secara historis telah diakui dunia pada era keemasannya sebagai
negara maritim, yang sangat berpengaruh signifikan terhadap konstelasi
perkembangan ekonomi dunia. Tercatat Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit,
dan sejumlah Kesultanan Islam di berbagai belahan nusantara, pernah menjadi
negara maritim yang disegani melalui aktivitas ekonomi pelayaran dan
perdagangan internasional, dengan wilayah kekuasaan membentang mulai dari Campa
(India), Siam (Thailand), hingga sebagian Tiongkok.
Kejayaan kerajaan maritim tersebut
ditandai dengan pengembangan jaringan perdagangan dan pelayaran ke berbagai
negara, sebagai indikasi berkembangnya semangat dan visi kemaritiman, untuk
mencapai kejayaan dan kemakmuran ekonomi. Sejarah mencatat, kejayaan dan kemakmuran
ekonomi tersebut dicapai dengan menitikberatkan pembangunan dan kekuatan di lautan,
dengan keyakinan yang tinggi bahwa laut merupakan salah satu sumber kehidupan
yang utama.
v Ekonomi
Maritim di Jawa Timur
Menurut mantan wakil Gubernur Jawa Timur;
Saifullah Yusuf (2017), Provinsi Jawa Timur memegang peran strategis dalam kebijakan poros
maritim, yakni sebagai rantai konektivitas serta jalur distribusi dan logistik
di kepulauan. Provinsi Jawa Timur sendiri memiliki panjang pantai sekitar 2.128
km, dan bertabur 287 pulau-pulau. Selain itu, Provinsi Jawa Timur memiliki
luas perairan dan potensi perikanan yang cukup besar. Berdasarkan data Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur tahun 2016, Jawa Timur memiliki
potensi laut pantai utara sebesar 214.970,8 ton per tahun dan potensi laut
selatan 403.448 ton per tahun.
Dengan potensi maritim sebesar itu, setidaknya ada tiga hal
yang harus bisa diproyeksikan untuk optimalisasi sektor maritim yakni
pengembangan pelabuhan utama dan pendukung tol laut, memperkuat pelayaran
rakyat dan peningkatan kontribusi sektor kelautan bagi kesejahteraan rakyat
terutama para nelayan. Saat ini, baru terdapat dua pelabuhan
yang masuk penghubung jaringan tol laut di Jawa Timur, yakni Pelabuhan Tanjung
Perak sebagai pelabuhan utama dan Pelabuhan Paciran di Lamongan sebagai
pendukung. Dua pelabuhan ini terus ditingkatkan kapasitasnya untuk meningkatkan
nilai guna pelabuhan.
Untuk Pelabuhan Paciran saat ini difokuskan menjadi Short Sea
Shipping, pelabuhan yang melayani pemindahan barang dari pelabuhan utama ke
pelabuhan-pelabuhan domestik. Jika membandingkan kapasitas dermaganya dengan
Pelabuhan Tanjung Perak yang kapasitas 1.500 kendaraan angkut per hari, maka
Pelabuhan Paciran masih berkapastas 375 kendaraan per hari. Total, setidaknya
terdapat 5 pelabuhan lain yang akan dikembangkan, yakni Prigi Trenggalek,
Tanjung Awar-Awar, Probolinggo, Brondong Lamongan dan Boom Banyuwangi.
Pembangunan pelabuhan ini diharapkan mendorong kemajuan ekonomi kabupaten atau
kota di sekitarnya. Misalnya seperti pembangunan Pelabuhan Prigi di Trenggalek.
Keberadaannya akan menjadi salah satu pendukung perdagangan wilayah selatan
Jawa Timur sementara Brondong dan Boom bisa difokuskan pada perdagangan dan
pengolahan hasil laut.
Target dari pembangunan pelabuhan yakni peningkatan
perdagangan antar pulau, termasuk aktivitas bongkar muat di dalamnya. Menjadi
pendukung utama sektor perdagangan dimana sektor ini merupakan unggulan Jawa
Timur, sekaligus sektor yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor industri
dan pengolahan hasil pertanian.
Selain itu,
pembangunan pelabuhan juga untuk pemerataan pembangunan. Sejauh ini, pelabuhan
yang berkembang hampir seluruhnya ada di pesisir utara. Pembangunan pelabuhan
di pantai selatan diharapkan menjadi alternatif pendukung perdagangan dengan
kota-kota di wilayah pantai selatan pulau Jawa. Di samping memberi
perhatian pada pelabuhan-pelabuhan besar, pelabuhan pelayaran rakyat juga
penting untuk diperhatikan. Pelayaran ini, dalam kegiatan operasionalnya
merupakan salah satu sub sistem dari sistem angkutan laut nasional dan bagian
usaha pelayaran tradisional. Pelayaran rakyat, dapat dikembangkan lebih luas di
Jawa Timur karena lokasi yang strategis dalam sistem industri dan perdagangan
antar pulau.
Cara pertama dalam memperkuat pelayaran rakyat yakni dengan
memodernisasi infrastruktur pelabuhan rakyat. Pemerintah provinsi akan
menyediakan anggaran melalui APBD, untuk merenovasi, merehabilitas dan
membangun pelabuhan rakyat, termasuk sarana pendukungnya. Pemerintah provinsi
juga akan berkoordinasi dengan pemerintahan kabupaten atau kota untuk terlibat
dalam revitalisasi dan modernisasi pelabuhan pelayaran rakyat.
Kedua, terlibat dalam dukungan kelayakan
armada pelayaran rakyat, misal melakukan standarisasi, klasifikasi, dan
pengesahan desain kapal. Tujuannya agar pelayaran rakyat tidak kalah bersaing
oleh kapal niaga nasional. Di samping itu kapal pelayaran rakyat dapat
perlindungan karena dapat diasuransikan. Target pelayaran rakyat ini akan
difokuskan untuk wilayah kepulauan di Madura dan kepulauan sekitarnya.
Jumlah nelayan di Jawa Timur pada 2015
berjumlah 233.251 orang (BPS, 2016). Berdasarkan Data Dinas Kelautan dan
Perikanan Jawa Timur 2016, produksi perikanan tangkap Jawa Timur sebesar
407.832,90 ton per tahun, sedangkan produksi perikanan budidaya 1.159.168,53
ton per tahun dan produksi olahan hasil perikanan 1.368.956 ton per tahun.
Hasil produksi laut dan perikanan yang lain dari sumber dan
tahun yang sama, menunjukkan, produksi rumput laut 645.263 ton, produksi garam
98.490 ton, produksi udang 97.265,30 ton dan produksi benih ikan 29.021.052,67
ribu ekor. Kontribusi sektor kelautan dan perikanan pada PDRB 2016
mencapai Rp 41,89 triliun atau sebesar 2,48 persen. Jika dibandingkan dengan
tiga sektor unggulan lain di Jawa Timur, seperti industri, perdagangan dan
pertanian, persentase sektor kelautan dan perikanan jauh lebih kecil. Padahal,
melihat potensi kelautan yang besar seharusnya kontribusi kelautan dan
perikanan bisa didorong hingga 10 persen.
Dari gambaran
tersebut, sektor kelautan dan perikanan perlu digarap lebih optimal. Pemerintah
provinsi berupaya untuk mengalokasikan anggaran yang cukup besar bagi sektor
kelautan. Di antaranya yakni untuk pengembangan dan penambahan infrastruktur
utama perikanan laut. Saat ini, terdapat 91 tempat pendaratan ikan (milik
kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), 77 pangkalan pendaratan ikan (milik
kabupaten atau kota dan provinsi), 12 pelabuhan perikanan pantai (milik
provinsi), dan 2 pelabuhan perikanan nusantara (milik pusat).
Di samping
itu, bersamaan dengan pembangunan infrastruktur utama, pemerintah provinsi akan
terlibat dalam penyediaan sarana pendukung seperti, SPBU nelayan, bantuan mesin
kapal dan lainnya. Tujuan utama mengembangkan sektor kelautan yakni peningkatan
kesejahteraan bagi nelayan. Salah satu cara meningkatkan kesejahteraan nelayan
dapat diukur melalui Nilai Tukar Nelayan (NTP) yang menunjukkan tingkat
kemampuan tukar atas barang-barang (produk) yang dihasilkan nelayan di pedesaan
pesisir terhadap barang atau jasa yang dibutuhkan untuk konsumsi rumah tangga
dan keperluan dalam proses produksi perikanan tangkap.
Rata-rata
Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur pada 2016 mengalami kenaikan 4,82 persen
dibanding pada 2015, yaitu dari 106,68 menjadi 111,83 (BPS, 2017). Kenaikan
tersebut disebabkan kenaikan rata-rata indeks harga yang diterima nelayan (6,35
persen) lebih besar dari kenaikan rata-rata indeks harga yang dibayar nelayan
(1,45 persen). Fokus
utama menaikkan NTP yakni meningkatkan hasil tangkap nelayan. Tren kenaikan NTP
di Jawa Timur berbanding lurus dengan hasil tangkap dan harga ikan yang terus
membaik. Langkah ini berkorelasi dengan upaya pemerintah provinsi nanti untuk
memperkuat infrastruktur dan sarana prasana pendukung perikanan laut atau
tangkap, seperti SPBU nelayan dan teknologi pendukung. Terkait teknologi, ke
depan, pemerintah provinsi akan fokus pada pengembangan teknologi penangkapan
ikan, terutama bagi nelayan tradisional agar mereka tahu lokasi terbaik
menangkap ikan. Sehingga, waktu dan daya yang dikeluarkan lebih efektif dan
efisien, tak lagi berkeliling laut serta dapat menghemat penggunaan bahan
bakar.
v Tantangan Industri Maritim di Jawa Timur
Menurut Ahmad Zakaria (2022), walaupun potensi ekonomi
maritim tinggi, namun ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam
perencanaan strategis pembangunan ekonomi maritim ke depan.
Tantangan pertama adalah produktifitas nelayan. Selama
periode 2019-2021 angka nilai tukar nelayan (NTN) Jatim memang mengalami
kenaikan. Tetapi, NTN provinsi selalu di bawah nasional dengan tren yang sama
mengalami kenaikan tetapi namun laju kenaikan NTN masih lebih rendah dari laju
kenaikan nasional. Padahal potensi ekspor ikan di Jatim sangat besar
di saat pandemi COVID-19. Kurang optimalnya NTN di Jatim dibanding provinsi
lain, antara lain belum optimalnya peningkatan kualitas mutu, produk,
komoditas, sumber daya manusia (pembudidaya ikan, nelayan, petambak garam)
serta sarana dan prasarana kelautan dan perikanan, maupun kapasitas
pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan.
Industri pengolahan ikan di Jawa Timur juga menghadapi
tantangan yang harus dipikirkan ke depan. Misalnya pemenuhan pasar domestik dan
ekspor dibanding dengan ketersediaan bahan baku industri pengolahan ikan.
Faktor logistik antar provinsi, jumlah kapal dan prasarana perikanan tangkap
harus dipikirkan untuk menjamin ketersediaan bahan baku industri pengolahan
ikan.
Peta terbaru perlu dibuat baik skala
kecil menengah dan besar dari industri yang meliputi pengalengan,
pengeringan, pengasapan, pembekuan, pemindangan, dan pengolahan pengawetan.
Sehingga bisa dibuat rekomendasi kebijakan industri mana yang memerlukan
insentif dan dukungan, industri mana yang membutuhkan perhatian bahan
baku, dan bahan baku penolong seperti kaleng, serta peningkatan ekspor hasil
pengolahan ikan.
Tantangan pengembangan industri maritim
lainnya adalah masih mahalnya biaya logistik. Biaya logistik di Indonesia
termasuk di Jawa Timur, masih belum efisien. Diperlukan investasi berkelanjutan
untuk revitalisasi pelabuhan barang di Jawa Timur. Isu ramah energi dan digitalisasi pelabuhan memerlukan
perhatian pemerintah provinsi Jawa Timur untuk mengolaborasikan para stakeholder baik
badan usaha pelabuhan (BUP) swasta maupun BUMN, pemerintah pusat, otoritas
pelabuhan (OP) dan badan usaha yang terlibat di pelabuhan di daerah seperti kontainer,
pergudangan, bongkar muat dan perusahaan ekspor impor.
Belum lagi bicara tantangan industri
pelayaran dan galangan kapal. Posisi Jawa Timur sebagai pintu gerbang Indonesia
Timur dan isu Ibu Kota Negara baru yang berada dekat dengan perairan menuju dan
ke Jawa Timur, menjadi daya tarik tersendiri. Konektivitas pelayaran antar
pulau di dalam Jawa Timur, seperti pelayaran Gresik ke Bawean, dan mobilitas
antar pulau di Sumenep menjadi daya tarik prospek pelayaran ke depan. Apalagi
pulau-pulau di Bawean dan Sumenep menjadi daya tarik wisata bahari, maka
pelayaran menuju dan dari lokasi tersebut memerlukan revitalisasi ke
depan.
Terakhir adalah industri wisata bahari
menghadapi tantangan terkait recovery akibat penutupan karena
pembatasan mobilitas penduduk selama pandemi. Masih perlunya peningkatan
pemenuhan kriteria wisata bahari berkelanjutan yang berwawasan lingkungan atau
ekowisata, dan belum terintegrasi konektivitas antar objek wisata bahari dengan
moda transportasi atau pelayaran yang tersedia. Serta tantangan keterkaitan
wisata bahari dengan wisata lainnya dalam hal akomodasi, akses dari dan menuju
bandara, pelabuhan dan terminal.
v Rekomendasi
Jika ingin Jawa Timur menjadi barometer
ekonomi maritim dan penyokong industri maritim di Indonesia, maka harus diambil
beberapa langkah-langkah oleh pihak terkait yang dikomandani oleh Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Jawa Timur.
Langkah pertama, reformasi
regulasi kemaritiman berkelanjutan. Perpres Rencana aksi KKI 2021-2025
pemerintah pusat harus dibuat turunannya di Jatim, lalu implementasi Perda
Nomor 1 tahun 2018 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
RZWP3K harus segera ditindaklanjuti bahkan sampai ke regulasi di
kabupaten/kota. Implementasi Perda 3 tahun 2016 tentang nelayan perlu
ditingkatkan. Penguatan regulasi terkait industri pariwisata bahari juga
diperlukan.
Langkah kedua adalah
mengawal implementasi visi misi Gubernur berupa Nawa Bhakti Satya,
khususnya yang berkaitan dengan maritim yakni kelautan, perikanan, nelayan dan
transportasi laut. Ke depan, perlu kolaborasi dengan para stakeholder baik pemerintah pusat , BUMN
dan swasta untuk realisasi Bhakti ke-4 membangun infrastruktur dalam kerangka
pengembangan wilayah terpadu, dan keadilan akses bagi masyarakat pesisir dan
desa terluar. Dalam hal yang berkaitan dengan industri maritim
diantaranya adalah revitalisasi dermaga perintis pulau-pulau Sumenep, penguatan
layanan transportasi laut pulau Bawean, pengembangan pesisir Jawa Timur bagian
selatan , mendorong pembangunan pelabuhan (rute perintis) di wilayah timur guna
menunjang konektivitas jalur laut antar daerah dan penguatan tol laut.
Langkah ketiga adalah,
peningkatan kolaborasi multistakeholder untuk
reformasi di sektor pelabuhan, baik pelabuhan barang, pelabuhan pelayaran dan
pelabuhan perikanan di Jawa Timur.
Langkah keempat adalah
pemetaan kembali serta dukungan kebijakan ekonomi untuk penguatan sektor
industri pengolahan ikan, industri galangan kapal, industri pelayaran dan jasa
maritim, khususnya yang memberikan nilai tambah ekonomi dan lapangan kerja.
Langkah kelima, penugasan
BUMD di Jawa Timur untuk memiliki peran di sektor industri maritim yang lebih
luas dengan meningkatkan kerjasama operasional atau membentuk konsorsium
BUMD Pelabuhan atau BUMD Maritim untuk menggarap investasi di sektor pelabuhan,
pelayaran dan jasa maritim.
Gambar: RI Punya 34 Trayek Tol Laut
(Foto: Kemenhub)
Gambar: ikan hasil
tangkapan nelayan (Kompas.com)
Gambar: Petani garam di
Jawa Timur (Bappeda Provinsi
Jawa Timur)
Komentar