Diposting oleh
Fadlan Rizqi
pada tanggal
amalan memudahkan rezeki
Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur
sunan drajat
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Ekonomi Maritim
Ekonomi
maritim dapat dikatakan sebagai sebuah tindakan perekonomian yang
diselenggarakan di daerah maritim. Hasil tangkapan nelayan yang telah didapat
dari hasil melaut kemudian dipasarkan guna memenuhi kehidupan ekonomi mereka
serta untuk konsumsi masyarakat. Pada roda perekonomian ini nantinya dapat
menghasilkan berbagai simbiosis mutualisme yang saling berkaitan seperti halnya
nelayan dapat mudah memasarkan hasil tangkapan di pelabuhan, para pelaku wirausaha
yang membuat produk olahan dari hasil tangkapan, dan lain sebagainya. Berdasar
faktor yang memengaruhi hasil dari proses terjadinya perekonomian maritim
diantara lain yaitu :
2.1.1 Faktor
Internal
Pada
faktor ini disebabkan oleh berbagai pekerjaan yang dikontrol dari sudut pandang
internal perusahaan. Seperti halnya pada proses produksi, distribusi dan
pemasaran. . Selain itu, pada faktor internal juga terdapat keunggulan dan
kelemahan yang dapat memengaruhi hasil tangkapan para nelayan.
Beberapa
keunggulan tersebut diantaranya ialah bahan bakar terjangkau, sudah
berpengalaman berprofesi nelayan, mempunyai tenaga kerja yang siap, serta area
tangkap yang dekat. Sedangkan kelemahannya ialah nelayan masih dibekali dengan
teknologi seadanya (sederhana), sulitnya modal (untuk nelayan skala kecil),
rendahnya standar pendidikan, serta minimnya pelatihan secara ekslusif terhadap
nelayan guna untuk mengoptimalkan kapasitas.
2.1.2 Faktor
Eksternal
Pada
faktor ini disebabkan oleh berbagai pekerjaan yang dikontrol dari sudut pandang
eksternal perusahaan. Seperti halnya pada sosial, lingkungan serta
perekonomian. Selain itu, pada faktor eksternal juga terdapat keunggulan
(peluang) dan kelemahan (ancaman) yang dapat memengaruhi hasil tangkapan para
nelayan.
Beberapa
keunggulan (peluang) tersebut diantaranya ialah penghibahan bantuan serta
pinjaman lunak oleh pemerintah, adanya upaya pengoptimalan bimbingan dan
pelatihan teknologi penangkapan oleh pemerintah, serta adanya sumber daya ikan
yang tak melimpah. Sedangkan kelemahannya (ancaman) ialah rusaknya ekosistem
laut serta kondisi alam (musim dan cuaca) menentukan nelayan untuk berlayar
guna menangkap ikan.
Dalam
proses terjadinya perekonomian maritim sudah pasti akan mengalami berbagai
problem yang nantinya berpotensi terhadap pengaruh sosial, lingkungan serta
perekonomian.
2.2 Bidang Kelautan Dalam Perekonomian
Laut
merupakan air asin dalam jumlah besar yang menenggelami serta memotong wilayah
daratan, dan juga bisa disebut bagian permukaan bumi yang tertutup oleh air
(Muliasari, 2018:36). Pada saat ini sektor perekonomian maritim masih terlihat
baru di bidang ekonomi, akibatnya dapat dipandang dari terbatasnya pengertian
serta pembahasan yang ada terkait sektor ini.
Menjadi
negara bahari serta kepulauan yang besar di dunia dan juga mempunyai daerah
perairan sekitar 75% dari seluruh daerah negara, Indonesia berpotensi besar
dalam pembangunan maritim serta mempunyai potensi perekonomian yang melimpah.
Berbagai macam potensi maritim dibagi menjadi 4, diantara lain ialah; potensi
maritim yang bisa dipulihkan (Renewable), tidak bisa dipulihkan
(Non-Renewable), disektor pelayanan, serta disektor daya bahari (Dahuri,
2004:5).
2.2.1 Industri
Maritim
Dalam upaya memanfaatkan sumber daya
alam untuk dijadikan tonggak perekonomian Indonesia agar semakin tumbuh dengan
pesat, dibutuhkan pekerjaan industrialisasi sebagai upaya mengoptimalkan nilai
barang untuk mendapatkan untung yang besar. Arti industri sendiri dibagi
menjadi 2 yaitu; selaku umum dan selaku teori perekonomian. Arti industri
secara umum yaitu perusahaan yang menjalankan pekerjaan perekonomian bagian
sekunder. Pada teori perekonomian industri yaitu berbagai perusahaan yang
menciptakan barang/benda yang sama yang terletak pada area perdagangan serupa
(Sukirno, 2010:6).
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1984 terkait Perindustrian, ialah pekerjaan perekonomian yang mengadaptasikan
barang-barang mentah menjadi benda yang bernilai tinggi. Berdasar Badan Pusat
Statistika (BPS), selaku garis besar pengertian industri ialah ‟ segala yang
melingkupi seluruh upaya serta pekerjaan pada sektor perekonomian yang bersifat
untung dan berguna”.
Menurut Muliasari (2018:39), industri
maritim dibagi menjadi 4 bagian diantara lain :
1. Kategori
Besar
Pada bagian ini, pekerja mencapai 100
orang atau bahkan bertambah. Kategori ini merupakan bidang yang paling
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi maritim, dapat dikatakan bila kategori
ini menyumbang besarnya pelesapan tenaga kerja dan sumber pendapatan dari
pemanfaatan sumber daya alam. Nantinya kategori ini didalamnya akan dapat
memberi peluang-peluang lebih untuk banyak industri maritim lain secara
berkesinambungan.
Seperti halnya pada Pelabuhan
Perikanan (PP), potensi added value pada industri ini terbilang besar. Pada
kasus Pelabuhan Perikanan meskipun jumlah kapal ikan yang aktif cenderung
fluktuaktif disetiap tahunnya, namun jumlah hasil tangkap cenderung stabil.
Pembangunan kapal-kapal di Pelabuhan Perikanan didominasi ukuran 10-30 Gross Tonage (GT), serta terdapat perawatan
dan reparasi kapal nelayan.
Kemudian pada industri perkapalan ada
galangan kapal, pada bidang ini juga memberi banyak ruang untuk potensi ekonomi
mairitim dimana didalamnya terdapat desain kapal, konstruksi kapal, manufaktur
hingga reparasi dan perawatan kapal. Selain itu juga pada bidang transportasi
laut pun berpengaruh fundamental terhadap ekonomi maritim, terlebih adanya
agenda tol laut serta poros maritim yang menjadi acuan untuk lebih meningkatkan
efektivitas dan produktivitas.
Hingga industri minyak dan gas, yang
diyakini dapat menjadi garansi devisa Republik Indonesia.
2. Kategori
Sedang
Pada bagian ini, pekerja mencapai
sekitar 20 – 99 orang. Pada bagian ini terdapat sektor-sektor penunjang yang
berupa pelayanan jasa sumber daya manusia serta pelayanan servis teknik, guna
nantinya dapat menyerap jumlah tenaga kerja dari berbagai kalangan dan
instansi. Selain itu juga penyedia barang-barang sub-assembly juga
berperan penting dalam sektor pendukung perekonomian maritim, yang dimana
menjadi pasokan untuk pembuatan bangunan baru maupun reparasi.
3. Kategori
Kecil
Pada bagian ini, pekerja mencapai
sekitar 5 – 19 orang. Sektor ini biasanya didominasi oleh para pemilik
usaha-usaha kecil menengah, sebagian besar mereka adalah pemilik kios,
pertokoan, dan agen-agen distribusi.
4. Kategori
Rumah Tangga
Pada bagian ini, pekerja mencapai 1 –
4 orang. Bagian ini diisi oleh para pelaku-pelaku usaha kecil rumah tangga,
sebagian besar mereka menjual barang melalui rumah antar rumah, keliling hingga
via online.
Dari sejumlah pengertian industri
tersebut, dapat dikatakan bahwa industri maritim merupakan pekerjaan
perekonomian yang mengadaptasikan berbagai hasil sumberdaya laut yang berwujud
SDA serta SDM, agar nantinya dapat memanifestasikan benda dan layanan yang
berkualitas yang dilaksanakan pada daerah pesisir dan daratan.
2.2.2 Pelabuhan
Perikanan
Usman (dalam Bambang Triatmono,
2013:16) menjelaskan bahwa Pelabuhan ialah wilayah perairan yang terjaga dari
gelombang laut serta telah difasilitasi dengan terminal laut yang mencakup area
kapal bersandar guna bertujuan rombak barang serta juga lokasi penyediaan guna
menanti pemberangkatan selanjutnya.
Pelabuhan perikanan ialah suatu
wilayah perikanan yang bertujuan untuk lokasi kapal ikan berlabuh, untuk
mendaratkan ikan hasil tangkap, lokasi pemasaran ikan, lokasi untuk membina
kualitas hasil tangkapan, lokasi untuk mengumpulkan data hasil tangkap, lokasi
untuk penataran dalam mengoptimalkan para nelayan, serta sebagai lokasi untuk
melangsungkan operasional kapal ikan.
Menurut Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor Per.16/Men/2006 terkait Pelabuhan Perikanan, ialah lokasi
yang mencakup darat dan perairan disekelilingnya dengan batasan yang ditentukan
menjadi lokasi pekerjaan pemerintah serta pekerjaan skema transaksi perikanan
yang dipakai untuk lokasi bertambatnya kapal ikan, pekerjaan operasional yang
difasilitasi kenyamanan berlayar serta pekerjaan penopang pelabuhan.
1) Klasifikasi
Pelabuhan Perikanan
Menurut Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor 16/MEN/2006 klasifikasi luas dan mininya parameter usaha
pelabuhan perikanan dibagi 4 versi pelabuhan, diantara lain yaitu :
a. Versi
A, Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS); ditetapkan untuk kapal ikan yang bekerja
di wilayah samudera, dikelompokkan pada rombongan perikanan jangka maksimal
hingga menuju wilayah teritorial, ZEE Indonesia, serta lautan selebu.
b. Versi
B, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN); ditetapkan untuk kapal ikan yang
bekerja di wilayah dalam negeri, dikelompokkan pada rombongan perikanan jangka
menengah hingga menuju wilayah laut Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia serta
teritorial.
c. Versi
C, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP); ditetapkan untuk kapal ikan yang bekerja
di wilayah pantai hingga teritorial.
d. Versi
D, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI); ditetapkan untuk kapal ikan yang bekerja di
wilayah perairan terpencil.
2) Karakteristik
Pelabuhan Perikanan
Pelabuhan perikanan eksemplar wajib
memiliki kepribadian serta berbagai prasarana, agar nanti bisa berjalan dengan
baik dan optimal. Berbagai kepribadian lazim wajib dipunyai, supaya ekspansi
pelabuhan bisa dilaksanakan dengan minimalisir biaya (Ayodhyoa, 1975). Adanya
karakteristik nantinya dapat berguna untuk pembeda dengan jenis pelabuhan niaga
maupun maupun pelabuhan lainnya (Yuli & Suci Asrina Ikhsan, 2023). Adapun karakteristik pelabuhan perikanan yang
eksemplar diantara lain yaitu :
a. Jaraknya
tidak kejauhan dari lokasi menjerat ikan. Semakin dekat area berlayar dengan
lokasi pelabuhan, maka semakin baik secara ekonomis serta waktu karena dapat
menghemat bahan bakar dan jangka waktu berlayar. Selain itu juga memudahkan
akses maupun jika ada kendala yang tidak diduga seperti cuaca buruk dan
kecelakaan kapal.
b. Wilayahnya
berkaitan seraya area negosiasi ikan. Salah satu keuntungan dari dekat dengan
lokasi pelabuhan perikanan ialah memudahkan akses nelayan dalam memasarkan ikan
hasil tangkapan.
c. Mempunyai
area yang luas, nantinya digunakan tempat penurunan ikan serta bermacam kongsi
lain. Area
yang luas sendiri merupakan keuntungan tersendiri sebuah pelabuhan perikanan,
karena nantinya juga akan menguntungkan para nelayan yang dapat membawa ikan
hasil tangkapan yang lebih banyak serta berbagai kegiatan perekonomian yang
lain.
d. Aman
dalam berbagai cuaca dan kondisi. Dari sini dapat ditunjukkan bila keunggulan
dari pelabuhan perikanan ialah memiliki sifat aman, faktor ini menjadi peran
penting karakteristik pelabuhan perikanan. Wilayah yang strategis dan minim
terkena bencana alam sangat mungkin bila didirikan sebuah pelabuhan perikanan.
e. Daerahnya
cocok untuk pemukiman nelayan, pedagang serta pengusaha ikan. Lokasi pelabuhan
perikanan selayaknya didirikan di sekitar daerah pesisir, yang dimana daerah
tersebut adalah dekat dengan pemukiman para nelayan.
f.
Tenteram menurut alamiah dan duplikat,
dikhususkan untuk kapal yang beroperasi diberbagai kondisi cuaca dan waktu. Kondisi alam yang cenderung stabil (cerah) dan minim
bencana alam, sangat menguntungkan bagi nelayan dengan kapal yang beroperasi
pada berbagai kondisi, terlebih para nelayan yang berlayar selama berhari-hari
di laut.
g.
Tarif terjangkau guna memperoleh
intensitas air yang mencukupi. Kemudahan
akses ini juga sangat penting terkait karakteristik pelabuhan sendiri,
kebutuhan air bersih sendiri sangat diperlukan di area pelabuhan perikanan
karena sebagai penunjang lancarnya kegiatan di pelabuhan perikanan.
h.
Biaya terjangkau untuk mengeruk pelabuhan. Biaya pengerukan yang murah juga dapat mendukung lebih
pelabuhan perikanan bila ingin melakukan, karena pengerukan nantinya dapat
membantu upaya keselamatan dan keamanan pelayaran, serta berguna merawat kolam
pelabuhan dan alur pelayaran.
i.
Wilayah-nya cocok sebagai penghancur
gelombang, landasan dermaga, serta instrumen tepi laut. Selain berfungsi sebagai tempat pendaratan ikan hasil
melaut beserta pemasaran-nya, pelabuhan perikanan juga harus memiliki
karakteristik sebagai penghancur gelombang (breakwater) yaitu berguna
untuk mengatur abrasi yang melumat garis pantai.
3) Peran
Pelabuhan Perikanan
Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Tahun 2004 mengenai Perikanan Pasal 41, pelabuhan perikanan memiliki
fungsi menjadi lokasi untuk menangani serta memasarkan ikan dapatan tangkap.
Ketika ikan dapatan tangkap dapat dikendalikan secara efektif, alhasil ikan
dapat diperniagakan serta disebarkan dengan efisien. Selain itu dalam usaha
mengoperasionalkan kinerja pelabuhan perikanan ialah dengan meningkatkan hingga
menjadi sentral pengerjaan serta tempat memasarkan ikan, disinilah nantinya
akan terdapat jalannya roda perekonomian antara para nelayan dan pedagang.
Oleh sebab itu pada tiap pelabuhan
perikanan selalu difasilitasi dengan adanya area negosiasi ikan. Pelabuhan
perikanan digolongkan menurut peran masing-masing, diantara lain untuk; peran
maritim (untuk perhubungan nelayan bersama juragan kapal), peran profitabel
(sebagai lokasi pertama guna persiapan pendistribusian pembuatan produk dari
ikan lewat negosiasi penawaran), serta tanggungjawab pelayanan (sebagai layanan
penurunan ikan, layanan kapal penjerat ikan dan layanan pengelolaan kualitas
ikan) (Lubis, 2000).
4) Fasilitas
Pelabuhan
Berdasarkan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 16/MEN/2006 memaklumatkan bila pangkalan wajib
berperan secara optimal, mampu menaungi kapal nan bernaung serta beroperasi di
sekitar lokasi pangkalan. Supaya mampu memaksimalkan kegunaannya, pangkalan
memerlukan bermacam fasilitas. Pada pelabuhan perikanan ada penggolongan
fasilitas, yang diantara lain :
a. Fasilitas
Pokok
Pada fasilitas pokok meliputi sarana
perlindungan yang terdiri; pemecah gelombang (breakwater), Reventment serta
Groin. Secara operandi juga dibutuhkan, sarana penambatan seperti halnya
dermaga serta jetty, kemudian sarana lautan pelabuhan seperti halnya kolam
serta alur pelayaran, jalan, drainase, gorong- gorong hingga jembatan beserta
wilayah pelabuhan perikanan itu sendiri.
b. Fasilitas
Fungsional
Meliputi sarana jasa kebutuhan
lainnya di lokasi pelabuhan seperti halnya; pertolongan navigasi, jasa
transportasi, stok urgensi sumber energi, pengerjaan pengendalian ikan,
reparasi rajut jala, lokakarya, pengkomunikasian, serta sebagainya.
c. Fasilitas
Penunjang
Meliputi sarana penunjang pekerjaan
seperti halnya; asrama teknisi, gardu jaga, asrama kost, MCK, Posyandu, tempat
ibadah, serta tugas lembaga pemerintahan.
2.2.3 Masyarakat
Nelayan
Nelayan ialah bagian penduduk
Indonesia yang bermukim dengan mengoptimalkan potensi sumber daya maritim
terutama sektor perikanan. Menjadi penduduk yang bermukim di kawasan pesisir
membuat para nelayan memiliki karakter sosial yang senjang dengan penduduk yang
umumnya bermukim di daratan. Bahkan dikebanyakan wilayah maritim yang bertumbuh
dengan pesat, entitas penduduknya bersifat bermacam ragam. Selain itu juga,
diantara dari mereka mempunyai solidaritas yang kuat, karakter korelasi yang
dalam, serta tingginya etos kerja (Fargomeli, 2014). Di Indonesia, sebagian
besar para nelayan menetap disekitar wilayah pesisir. Hal ini membuat para
masyarakat nelayan hidup dengan pekerjaan yang mengoptimalkan sumber daya laut (Sastrawidjaya,
2002).
a. Konsep
Masyarakat Nelayan
Adapun konsep para nelayan ditinjau
dari aspek fasilitas tangkap ikan-nya, dikelompokkan menjadi 2 yaitu; nelayan
tradisional dan modern. Pada nelayan modern sudah jelas bila fasilitas tangkap
nya lebih canggih dari nelayan tradisional, karena menggunakan teknologi yang
sudah modern. Seperti halnya pada penmakaian motor pada perahu yang berbeda
besar kecilnya serta potensi pemanfaatan fasilitas yang dipakai untuk menangkap
ikan. Perbedaan kecanggihan fasilitas tangkap ini juga nanti akan memengaruhi
keefisienan nelayan dalam bekerja (Imron, 2003:68).
Sebagaimana halnya pada penduduk
lain, mereka yang berprofesi nelayan juga mendapati berbagai problematika yang
rumit. Berbagai problematika ekonomi, politik, serta sosial didapati masyarakat
nelayan, diantara problematika berikut juga meliputi; kemiskinan, teknologi dan
pasar, keterbatasan modal, kesenjangan sosial serta bermacam tekanan
perekonomian yang menghimpit. Selain itu juga lemahnya peran badan sosial
perekonomian, rendahnya kualitas sumber daya manusia imbas dari keterbatasan
akses kesehatan, pendidikan, pelayanan publik, dan sebagainya.
b. Pengelompokkan
Masyarakat Nelayan
Charles (dalam Widodo, 2006)
mengelompokkan nelayan menjadi 4, yaitu diantara lain :
· Nelayan
Subsistence (Subsistence Fishers), merupakan bahariwan
yang mencari ikan semata guna mencukupi keperluan pribadi.
· Nelayan
asli (Native/Indigenous/Aboriginal Fishers), merupakan bahariwan yang
mengantongi kepribadian hampir seragam terhadap nelayan subsistence.
Kendatipun nelayan asli juga mempunyai hak guna melaksanakan hak selaku
profitabel, meskipun hanya tatkala barometer kecil saja.
· Nelayan
rekreasi (Recreational/Sport Fishers), merupakan masyarakat yang secara
hakikat melaksanakan pekerjaan menangkap ikan sekedar untuk berolahraga dan
bersenang-senang semata.
· Nelayan
komersial (Commercial Fishers), merupakan masyarakat yang mencari ikan
bertujuan guna diperdagangkan, baik di pasar lokal maupun pasar ekspor.
c. Keberadaan
Nelayan Dalam Masyarakat Pesisir
Keberadaan nelayan sangatlah vital
dan fundamental terutama dalam sistem masyarakat pesisir. Nelayan juga berperan
penting terhadap perputaran roda ekonomi yang khususnya di wilayah sekitar
pesisir, oleh karena itu keberadan nelayan menjadi salah satu nyawa
perekonomian maritim. Secara kultural yang mereka punya meragami karakter hidup
sosial dan kultur warga tepi laut secara umum. Adapun karakter yang
menggambarkan stigma kemasyarakatan dan kebudayaan penduduk yang berprofesi
penangkap ikan ialah :
·
Mempunyai solidaritas terhadap sosial yang
tinggi. Masyarakat nelayan
rata-rata memiliki karakter yang tegas dan keras, namun disamping itu nelayan
juga memiliki kesadaran sosial yang tinggi. Salah satunya yaitu solidaritas,
nelayan sangat solid pada rekan sesama masyarakat nelayan contohnya seperti
saat memperbaiki kapal-kapal mereka, jaring, gotong royong, dan lain-lain.
·
Mempunyai etos dan semangat kerja. .
Terlepas dari karakter nelayan yang keras, nelayan juga mempunyai rasa semangat
yang tinggi dalam bekerja. Hal ini dibuktikan pada masyarakat nelayan yang rela
berlayar berhari-hari dan berangkat disegala kondisi demi keseharian keluarga
mereka.
·
Mengoptimalkan keahlian dan adaptasi. Kehidupan nelayan tidak selalu tentang lautan saja,
masyarakat pesisir juga cenderung memiliki rasa ingin tau dan belajar yang
tinggi. Hal ini membuat mereka terus mengoptimalkan skill dan kemahiran, bahkan
kebanyakan masyarakat pesisir perlahan memegang peran penting terhadap
pengembangan ekonomi maritim serta meneguhkan aturan kemaritiman.
·
Kompetitif dan cenderung untuk
berprestasi. Masyarakat nelayan
memiliki rasa semangat belajar yang tinggi, hal itu juga dapat ditunjukkan
bahwa tak sedikit dari keluarga kalangan masyarakat nelayan yang berprestasi
pada bidang akademik dan non-akademik dan memiliki persaingan yang kompetitif
dengan rekan-rekan yang lain.
d. Pentingnya
Pengembangan Perikanan Untuk Masyarakat Nelayan
Pada hakikatnya pengembangan
perikanan merupakan bagian yang fundamental dari pengembangan nasional yang
dilakukan pada rencana pengembangan manusia di Indonesia. Pentingnya
pengembangan perikanan ini termasuk salah satu bentuk investasi jangka panjang
negara terhadap sektor maritim. Oleh karena itu, dengan mengaplikasikan
teknologi untuk masyarakat nelayan dinantikan mampu untuk mengubah mental dan
persepsi nelayan untuk mengoptimalkan usahanya dengan baik.
2.2.4 Pasar
serta Pemasaran
Pasar merupakan area dimana pedagang
serta klien bertemu guna melangsungkan perputaran roda ekonomi, yang dimana
tindakan tersebut juga dapat dikatakan negosiasi antara produsen dan konsumen
serta tempat transaksi barang dan juga jasa. Menurut Usman (2013) Pasar digolongkan
menjadi beberapa macam, diantara lain yaitu :
a. Pasar
menurut wujud kesibukannya
· Pasar
Nyata
Pada pasar ini barang yang
diperdagangkan boleh dibeli oleh konsumen, seperti halnya pada pasar
tradisional serta swalayan.
· Pasar
Abstrak
Pada pasar ini penjual tidak
menegosiasi barang yang dijualbelikan, melainkan melalui surat dagang-nya saja.
Pasar ini seperti halnya pasar saham, online serta modal.
b. Pasar
menurut cara negosiasinya
· Pasar
Tradisional
Seperti namanya, pasar ini bersifat
tradisional yang dimana pedagang serta konsumen bisa bernegosiasi langsung.
Biasanya barang yang ditransaksikan seperti sembako.
· Pasar
Modern
Sesuai namanya, pasar ini pun
bersifat modern yang dimana barang ditransaksikan secara harga pas dengan
fasilitas sendiri. Contoh pasar modern seperti plaza, mall, dan sebagainya.
c. Pasar
menurut ragam barangnya
Pada pasar ini hanya
memperjualbelikan barang tertentu saja, seperti halnya; pasar buah, pasar
hewan, pasar ikan, dan lainnya.
d. Pasar
menurut keleluasaan mengedarkan
Pada pasar ini dikategorikan menurut
keleluasaan pengedaran atau distribusi-nya. Contoh pasar ini diantara lain;
lokal, wilayah, nasional serta internasional.
Sedangkan pemasaran ialah prosedur
mengatur jalannya percakapan sistematis, yang bermaksud guna meneruskan
pemberitahuan tentang barang dan jasa, yang dalam hubungannya berkaitan dengan
kepuasan serta kebutuhan manusia.
a. Konsep
Pemasaran
Konsep pemasaran dapat diartikan
sebagai alur rencana atau strategi dalam proses pemasaran produk. Menurut Usman
(2013) konsep penting pada pemasaran diantara lain yaitu :
· Kebutuhan
Merupakan
entitas yang dirasa minim atau terbatas. Karena memang sejak lahir, manusia
telah dibekali rasa butuh dan telah menjadi sifat sosial setiap manusia.
· Keinginan
Kondisi lingkungan sekitar
menimbulkan adanya sebuah entitas yang dirasa minim maupun terbatas. Manusia
memiliki banyak keinginan yang tak terbatas, oleh karena itu masalah tersebut
membuat adanya asumsi bahwa keinginan untuk memenuhi kebutuhan. Dari sini
marketing harus dapat mewujudkan apa yang diinginkan dan dibutuhkan pelanggan.
· Permintaan
Merupakan
perwujudan dari kebutuhan dan keinginan manusia, keinginan terhadap barang yang
esklusif yang ditunjang dengan adanya kesanggupan dan kemauan untuk
membayar-nya.
· Produksi
Setelah adanya permintaan dari
pelanggan, selanjutnya tentunya ada proses produksi. Produksi yaitu proses
kegiatan yang menciptakan barang baru yang mempunyai manfaat guna mencukupi
kebutuhan dan keinginan manusia.
· Manfaat
Manfaat
dapat dikatakan sebagai fungsi maupun faedah, dimana barang yang telah
diproduksi dapat digunakan dengan baik dan berguna.
· Kepuasan
Kepuasan
ialah bentuk terpenuhinya kebutuhan dan keinginan yang telah dilayani dengan
baik serta maksimal.
Gambar 1. Konsep penting pada
pemasaran
Dapat
dikatakan bila konsep pemasaran menjadi sebuah proses sebelum terjadinya
jalannya perekonomian, karena konsep ini mendasari pada kebutuhan dan keinginan
setiap manusia. Oleh karena itu adanya konsep tersebut sejalan dengan apa yang
dibutuhkan setiap manusia, guna dapat memberi serta mencukupi kehidupan manusia
setiap harinya.
b. Manajemen
Pemasaran
Manajemen pemasaran dapat dikatakan
sebagai analisa, persiapan, pengaplikasian, serta mengarahkan strategi dan
kebijakan yang telah dibuat untuk memanifestasikan dan mengembangkan negosiasi
yang profitabel dengan pasar yang disasar dengan hasrat memenuhi maksud
tertentu.
c. Gabungan
Pemasaran
Menurut Usman (2013) Gabungan
pemasaran ialah beberapa macam komponen pemasaran yang digabungkan serta
diaplikasikan dengan tepat dan efisien, sehingga nantinya dapat menggapai
tujuan pemasaran secara lancar dan hasilnya dapat memuaskan konsumen. Pada gabungan
pemasaran ada 4 unsur pemasaran yang diantara lain:
Gambar 2. Unsur penting pada
pemasaran
Terdapat aspek-aspek yang menunjang
lancarnya sebuah pemasaran yang memiliki peran besar dalam tujuan memberikan
kepuasan konsumen, dimana hal ini juga menjadi langkah terakhir sebelum proses
transaksi maupun distribusi. Tentunya sebelum proses melakukan transaksi, ada
beberapa hal yang harus dilakukan seperti ketersediaan barang, penetapan harga,
lokasi penjualan serta distribusi barang, dan juga promosi produk.
d. Lembaga
Pemasaran
Lembaga
pemasaran sendiri telah menjadi pionir yang mengadakan jalannya pemasaran.
Selain itu lembaga pemasaran juga mendistribusikan jasa serta stok komoditas
dari produsen untuk konsumen akhir dan memiliki korelasi dengan pionir-pionir
usaha maupun perseorangan. Tugas lembaga pemasaran salah satunya yaitu
mengaplikasikan tugas pemasaran dan menyanggup kemauan konsumen sebaik mungkin.
Agar sebuah lembaga dapat meraih
kesuksesan yang berkepanjangan, maka dari itu lembaga haruslah menghasilkan
fasilitas yang menguntungkan untuk pelanggan. Manfaat dari menghasilkan
fasilitas yang menguntungkan, lembaga membuat gabungan pemasaran (Hurriyati,
2010, p. 48). Adapun ragam lembaga pemasaran diantara lain yaitu :
· Perantara
Pedagang
Perantara pedagang memiliki korelasi
dekat dengan owner barang. Mereka berwenang mempunyai barang yang
diperdagangkan, meski tidak mempunyai secara bentuk. Perantara pedagang dibagi
menjadi 3, diantara lain :
1. Produsen,
ialah pembuat serta pendistribusi benda menuju area pasar.
2. Saudagar,
ialah melabuhkan benda pada pelaku usaha lain.
3. Penjual/bakul,
ialah penjual benda pada pemakai yang terakhir.
· Perantara
Agen
Agen
merupakan badan yang melakukan jual-beli barang pada sisi lain. Agen bisa
berjalan di semua level pada alur pemasaran, dan secara umum agen dibagi
menjadi 2 yaitu; agen pelengkap serta agen penunjang.
· Agen
Penunjang (Facilitating Agent)
Ialah
biro yang terfokus pada bermacam sudut pandang eksodus barang dan jasa.
Pekerjaan biro ini ialah menyokong eksodus barang semacam itu hingga nantinya
menyelenggarakan secara langsung proses negosiasi pedagang dan konsumen. Agen
penunjang dibagi menjadi 4 yang diantara lain yaitu; biro pencadangan, biro
borongan, biro pengiriman spesifik, dan biro penjualan serta pembelian.
· Agen
Pelengkap (Supplemental Agent)
Yaitu
agen yang bertugas mengaplikasikan jasa tambahan pada saat pendistribusian
barang dengan maksud membenahi kekurangan. Jika pedagang lain tidak bisa
melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan pendistribusian barang, maka agen
pelengkap sebagai alternatif pengganti. Bermacam pelayanan yang dikerjakan
meliputi; pelayanan informasi, pelayanan finansial, pelayanan konsultasi, serta
pelayanan khusus lainnya.
2.3
Produk Domestik Bruto (PDB)
Kuat dan lemahnya kondisi perekonomian sebuah
wilayah sendiri dapat diketahui melalui sebuah indeks yang bisa dipakai guna
menakar serta menaksir kondisi perekonomian berjalan dengan kuat ataupun lemah.
Dari indeks tersebut, nantinya dapat difungsikan guna mengetahui besar total
pendapatan yang diterima dari sebuah perekonomian, serta mengetahui potensi
realisasi perekonomian tersebut.
Potensi
dan realisasi ekonomi maritim dapat ditentukan oleh jumlah pendapatan nasional
dari perhitungan barang yang telah diciptakan oleh sebuah wilayah pada waktu
tertentu (Sukirno, 2000:28). Produk Domestik Bruto (PDB) juga dapat dikatakan
sebagai barometer secara statistik/angka terhadap naik turunnya perekonomian
terkait ilustrasi kemakmuran masyarakat, karena penakaran PDB sendiri mengacu
pada jumlah pendapatan dan pengeluaran.
Menurut
Mankiw (2012:16), menyatakan bahwa PDB bisa dipergunakan sebagai perbandingan
guna mengetahui besarnya jumlah pengeluaran serta pemasukan sebuah perekonomian
secara total, karena penakaran dari pemasukan serta pengeluaran nantinya
ditetapkan akan sama dalam membentuk PDB. Menurut Mankiw (2006:15),
mengungkapkan bila data pemasukan dalam negeri melalui segi PDB yang
dijumlahkan dengan upaya neto, disebutkan 2 macam yaitu :
a. PDB
Riil
PDB
ini menetapkan apa yang nantinya akan berlangsung pada pengeluaran, jika
kuantitas berganti sedangkan nilai/harga tidak mengalami pergantian.
b. PDB
Nominal
Penakaran harga barang/jasa dengan
jumlah harga yang berlangsung pada kurun durasi waktu tersebut.
Dapat dipersepsikan bahwa penakaran PDB
nominal sendiri memakai harga yang sedang berlangsung untuk tumpuan
perhitungan, karena PDB nominal dipakai guna mengamati perubahan yang ada pada
bidang perekonomian. Sedangkan pada PDB riil memakai harga regular pada tahun
inti yang telah ditetapkan, karena PDB riil dipakai guna mengerti perkembangan
ekonomi setiap tahunnya pada tiap daerah.
Komentar