Translate

Rabu, 03 Januari 2024

Contoh Bab 2 Skripsi

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

 

2.1   Ekonomi Maritim

Ekonomi maritim dapat dikatakan sebagai sebuah tindakan perekonomian yang diselenggarakan di daerah maritim. Hasil tangkapan nelayan yang telah didapat dari hasil melaut kemudian dipasarkan guna memenuhi kehidupan ekonomi mereka serta untuk konsumsi masyarakat. Pada roda perekonomian ini nantinya dapat menghasilkan berbagai simbiosis mutualisme yang saling berkaitan seperti halnya nelayan dapat mudah memasarkan hasil tangkapan di pelabuhan, para pelaku wirausaha yang membuat produk olahan dari hasil tangkapan, dan lain sebagainya. Berdasar faktor yang memengaruhi hasil dari proses terjadinya perekonomian maritim diantara lain yaitu :

2.1.1      Faktor Internal

Pada faktor ini disebabkan oleh berbagai pekerjaan yang dikontrol dari sudut pandang internal perusahaan. Seperti halnya pada proses produksi, distribusi dan pemasaran. . Selain itu, pada faktor internal juga terdapat keunggulan dan kelemahan yang dapat memengaruhi hasil tangkapan para nelayan.

Beberapa keunggulan tersebut diantaranya ialah bahan bakar terjangkau, sudah berpengalaman berprofesi nelayan, mempunyai tenaga kerja yang siap, serta area tangkap yang dekat. Sedangkan kelemahannya ialah nelayan masih dibekali dengan teknologi seadanya (sederhana), sulitnya modal (untuk nelayan skala kecil), rendahnya standar pendidikan, serta minimnya pelatihan secara ekslusif terhadap nelayan guna untuk mengoptimalkan kapasitas.

 

2.1.2      Faktor Eksternal

Pada faktor ini disebabkan oleh berbagai pekerjaan yang dikontrol dari sudut pandang eksternal perusahaan. Seperti halnya pada sosial, lingkungan serta perekonomian. Selain itu, pada faktor eksternal juga terdapat keunggulan (peluang) dan kelemahan (ancaman) yang dapat memengaruhi hasil tangkapan para nelayan.

Beberapa keunggulan (peluang) tersebut diantaranya ialah penghibahan bantuan serta pinjaman lunak oleh pemerintah, adanya upaya pengoptimalan bimbingan dan pelatihan teknologi penangkapan oleh pemerintah, serta adanya sumber daya ikan yang tak melimpah. Sedangkan kelemahannya (ancaman) ialah rusaknya ekosistem laut serta kondisi alam (musim dan cuaca) menentukan nelayan untuk berlayar guna menangkap ikan.

 

Dalam proses terjadinya perekonomian maritim sudah pasti akan mengalami berbagai problem yang nantinya berpotensi terhadap pengaruh sosial, lingkungan serta perekonomian.

 

2.2   Bidang Kelautan Dalam Perekonomian

Laut merupakan air asin dalam jumlah besar yang menenggelami serta memotong wilayah daratan, dan juga bisa disebut bagian permukaan bumi yang tertutup oleh air (Muliasari, 2018:36). Pada saat ini sektor perekonomian maritim masih terlihat baru di bidang ekonomi, akibatnya dapat dipandang dari terbatasnya pengertian serta pembahasan yang ada terkait sektor ini.

Menjadi negara bahari serta kepulauan yang besar di dunia dan juga mempunyai daerah perairan sekitar 75% dari seluruh daerah negara, Indonesia berpotensi besar dalam pembangunan maritim serta mempunyai potensi perekonomian yang melimpah. Berbagai macam potensi maritim dibagi menjadi 4, diantara lain ialah; potensi maritim yang bisa dipulihkan (Renewable), tidak bisa dipulihkan (Non-Renewable), disektor pelayanan, serta disektor daya bahari (Dahuri, 2004:5).

 

2.2.1      Industri Maritim

Dalam upaya memanfaatkan sumber daya alam untuk dijadikan tonggak perekonomian Indonesia agar semakin tumbuh dengan pesat, dibutuhkan pekerjaan industrialisasi sebagai upaya mengoptimalkan nilai barang untuk mendapatkan untung yang besar. Arti industri sendiri dibagi menjadi 2 yaitu; selaku umum dan selaku teori perekonomian. Arti industri secara umum yaitu perusahaan yang menjalankan pekerjaan perekonomian bagian sekunder. Pada teori perekonomian industri yaitu berbagai perusahaan yang menciptakan barang/benda yang sama yang terletak pada area perdagangan serupa (Sukirno, 2010:6).

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 terkait Perindustrian, ialah pekerjaan perekonomian yang mengadaptasikan barang-barang mentah menjadi benda yang bernilai tinggi. Berdasar Badan Pusat Statistika (BPS), selaku garis besar pengertian industri ialah ‟ segala yang melingkupi seluruh upaya serta pekerjaan pada sektor perekonomian yang bersifat untung dan berguna”.

Menurut Muliasari (2018:39), industri maritim dibagi menjadi 4 bagian diantara lain :

 

1.     Kategori Besar

Pada bagian ini, pekerja mencapai 100 orang atau bahkan bertambah. Kategori ini merupakan bidang yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi maritim, dapat dikatakan bila kategori ini menyumbang besarnya pelesapan tenaga kerja dan sumber pendapatan dari pemanfaatan sumber daya alam. Nantinya kategori ini didalamnya akan dapat memberi peluang-peluang lebih untuk banyak industri maritim lain secara berkesinambungan.

Seperti halnya pada Pelabuhan Perikanan (PP), potensi added value pada industri ini terbilang besar. Pada kasus Pelabuhan Perikanan meskipun jumlah kapal ikan yang aktif cenderung fluktuaktif disetiap tahunnya, namun jumlah hasil tangkap cenderung stabil. Pembangunan kapal-kapal di Pelabuhan Perikanan didominasi ukuran 10-30  Gross Tonage (GT), serta terdapat perawatan dan reparasi kapal nelayan.

Kemudian pada industri perkapalan ada galangan kapal, pada bidang ini juga memberi banyak ruang untuk potensi ekonomi mairitim dimana didalamnya terdapat desain kapal, konstruksi kapal, manufaktur hingga reparasi dan perawatan kapal. Selain itu juga pada bidang transportasi laut pun berpengaruh fundamental terhadap ekonomi maritim, terlebih adanya agenda tol laut serta poros maritim yang menjadi acuan untuk lebih meningkatkan efektivitas dan produktivitas.

Hingga industri minyak dan gas, yang diyakini dapat menjadi garansi devisa Republik Indonesia.

2.     Kategori Sedang

Pada bagian ini, pekerja mencapai sekitar 20 – 99 orang. Pada bagian ini terdapat sektor-sektor penunjang yang berupa pelayanan jasa sumber daya manusia serta pelayanan servis teknik, guna nantinya dapat menyerap jumlah tenaga kerja dari berbagai kalangan dan instansi. Selain itu juga penyedia barang-barang sub-assembly juga berperan penting dalam sektor pendukung perekonomian maritim, yang dimana menjadi pasokan untuk pembuatan bangunan baru maupun reparasi.

3.     Kategori Kecil

Pada bagian ini, pekerja mencapai sekitar 5 – 19 orang. Sektor ini biasanya didominasi oleh para pemilik usaha-usaha kecil menengah, sebagian besar mereka adalah pemilik kios, pertokoan, dan agen-agen distribusi.

4.     Kategori Rumah Tangga

Pada bagian ini, pekerja mencapai 1 – 4 orang. Bagian ini diisi oleh para pelaku-pelaku usaha kecil rumah tangga, sebagian besar mereka menjual barang melalui rumah antar rumah, keliling hingga via online.

 

Dari sejumlah pengertian industri tersebut, dapat dikatakan bahwa industri maritim merupakan pekerjaan perekonomian yang mengadaptasikan berbagai hasil sumberdaya laut yang berwujud SDA serta SDM, agar nantinya dapat memanifestasikan benda dan layanan yang berkualitas yang dilaksanakan pada daerah pesisir dan daratan.

 

2.2.2      Pelabuhan Perikanan

Usman (dalam Bambang Triatmono, 2013:16) menjelaskan bahwa Pelabuhan ialah wilayah perairan yang terjaga dari gelombang laut serta telah difasilitasi dengan terminal laut yang mencakup area kapal bersandar guna bertujuan rombak barang serta juga lokasi penyediaan guna menanti pemberangkatan selanjutnya.

Pelabuhan perikanan ialah suatu wilayah perikanan yang bertujuan untuk lokasi kapal ikan berlabuh, untuk mendaratkan ikan hasil tangkap, lokasi pemasaran ikan, lokasi untuk membina kualitas hasil tangkapan, lokasi untuk mengumpulkan data hasil tangkap, lokasi untuk penataran dalam mengoptimalkan para nelayan, serta sebagai lokasi untuk melangsungkan operasional kapal ikan.

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.16/Men/2006 terkait Pelabuhan Perikanan, ialah lokasi yang mencakup darat dan perairan disekelilingnya dengan batasan yang ditentukan menjadi lokasi pekerjaan pemerintah serta pekerjaan skema transaksi perikanan yang dipakai untuk lokasi bertambatnya kapal ikan, pekerjaan operasional yang difasilitasi kenyamanan berlayar serta pekerjaan penopang pelabuhan.

 

1)    Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16/MEN/2006 klasifikasi luas dan mininya parameter usaha pelabuhan perikanan dibagi 4 versi pelabuhan, diantara lain yaitu :

 

a.     Versi A, Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS); ditetapkan untuk kapal ikan yang bekerja di wilayah samudera, dikelompokkan pada rombongan perikanan jangka maksimal hingga menuju wilayah teritorial, ZEE Indonesia, serta lautan selebu.

b.     Versi B, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN); ditetapkan untuk kapal ikan yang bekerja di wilayah dalam negeri, dikelompokkan pada rombongan perikanan jangka menengah hingga menuju wilayah laut Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia serta teritorial.

c.     Versi C, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP); ditetapkan untuk kapal ikan yang bekerja di wilayah pantai hingga teritorial.

d.     Versi D, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI); ditetapkan untuk kapal ikan yang bekerja di wilayah perairan terpencil.

 

2)    Karakteristik Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan eksemplar wajib memiliki kepribadian serta berbagai prasarana, agar nanti bisa berjalan dengan baik dan optimal. Berbagai kepribadian lazim wajib dipunyai, supaya ekspansi pelabuhan bisa dilaksanakan dengan minimalisir biaya (Ayodhyoa, 1975). Adanya karakteristik nantinya dapat berguna untuk pembeda dengan jenis pelabuhan niaga maupun maupun pelabuhan lainnya (Yuli & Suci Asrina Ikhsan, 2023). Adapun karakteristik pelabuhan perikanan yang eksemplar diantara lain yaitu :

 

a.     Jaraknya tidak kejauhan dari lokasi menjerat ikan. Semakin dekat area berlayar dengan lokasi pelabuhan, maka semakin baik secara ekonomis serta waktu karena dapat menghemat bahan bakar dan jangka waktu berlayar. Selain itu juga memudahkan akses maupun jika ada kendala yang tidak diduga seperti cuaca buruk dan kecelakaan kapal.

b.     Wilayahnya berkaitan seraya area negosiasi ikan. Salah satu keuntungan dari dekat dengan lokasi pelabuhan perikanan ialah memudahkan akses nelayan dalam memasarkan ikan hasil tangkapan.

c.     Mempunyai area yang luas, nantinya digunakan tempat penurunan ikan serta bermacam kongsi lain. Area yang luas sendiri merupakan keuntungan tersendiri sebuah pelabuhan perikanan, karena nantinya juga akan menguntungkan para nelayan yang dapat membawa ikan hasil tangkapan yang lebih banyak serta berbagai kegiatan perekonomian yang lain.

d.     Aman dalam berbagai cuaca dan kondisi. Dari sini dapat ditunjukkan bila keunggulan dari pelabuhan perikanan ialah memiliki sifat aman, faktor ini menjadi peran penting karakteristik pelabuhan perikanan. Wilayah yang strategis dan minim terkena bencana alam sangat mungkin bila didirikan sebuah pelabuhan perikanan.

e.     Daerahnya cocok untuk pemukiman nelayan, pedagang serta pengusaha ikan. Lokasi pelabuhan perikanan selayaknya didirikan di sekitar daerah pesisir, yang dimana daerah tersebut adalah dekat dengan pemukiman para nelayan.

f.      Tenteram menurut alamiah dan duplikat, dikhususkan untuk kapal yang beroperasi diberbagai kondisi cuaca dan waktu. Kondisi alam yang cenderung stabil (cerah) dan minim bencana alam, sangat menguntungkan bagi nelayan dengan kapal yang beroperasi pada berbagai kondisi, terlebih para nelayan yang berlayar selama berhari-hari di laut.

g.     Tarif terjangkau guna memperoleh intensitas air yang mencukupi. Kemudahan akses ini juga sangat penting terkait karakteristik pelabuhan sendiri, kebutuhan air bersih sendiri sangat diperlukan di area pelabuhan perikanan karena sebagai penunjang lancarnya kegiatan di pelabuhan perikanan.

h.     Biaya terjangkau untuk mengeruk pelabuhan. Biaya pengerukan yang murah juga dapat mendukung lebih pelabuhan perikanan bila ingin melakukan, karena pengerukan nantinya dapat membantu upaya keselamatan dan keamanan pelayaran, serta berguna merawat kolam pelabuhan dan alur pelayaran.

i.      Wilayah-nya cocok sebagai penghancur gelombang, landasan dermaga, serta instrumen tepi laut. Selain berfungsi sebagai tempat pendaratan ikan hasil melaut beserta pemasaran-nya, pelabuhan perikanan juga harus memiliki karakteristik sebagai penghancur gelombang (breakwater) yaitu berguna untuk mengatur abrasi yang melumat garis pantai.

 

3)    Peran Pelabuhan Perikanan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2004 mengenai Perikanan Pasal 41, pelabuhan perikanan memiliki fungsi menjadi lokasi untuk menangani serta memasarkan ikan dapatan tangkap. Ketika ikan dapatan tangkap dapat dikendalikan secara efektif, alhasil ikan dapat diperniagakan serta disebarkan dengan efisien. Selain itu dalam usaha mengoperasionalkan kinerja pelabuhan perikanan ialah dengan meningkatkan hingga menjadi sentral pengerjaan serta tempat memasarkan ikan, disinilah nantinya akan terdapat jalannya roda perekonomian antara para nelayan dan pedagang.

Oleh sebab itu pada tiap pelabuhan perikanan selalu difasilitasi dengan adanya area negosiasi ikan. Pelabuhan perikanan digolongkan menurut peran masing-masing, diantara lain untuk; peran maritim (untuk perhubungan nelayan bersama juragan kapal), peran profitabel (sebagai lokasi pertama guna persiapan pendistribusian pembuatan produk dari ikan lewat negosiasi penawaran), serta tanggungjawab pelayanan (sebagai layanan penurunan ikan, layanan kapal penjerat ikan dan layanan pengelolaan kualitas ikan) (Lubis, 2000).

 

4)    Fasilitas Pelabuhan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16/MEN/2006 memaklumatkan bila pangkalan wajib berperan secara optimal, mampu menaungi kapal nan bernaung serta beroperasi di sekitar lokasi pangkalan. Supaya mampu memaksimalkan kegunaannya, pangkalan memerlukan bermacam fasilitas. Pada pelabuhan perikanan ada penggolongan fasilitas, yang diantara lain :

 

a.   Fasilitas Pokok

Pada fasilitas pokok meliputi sarana perlindungan yang terdiri; pemecah gelombang (breakwater), Reventment serta Groin. Secara operandi juga dibutuhkan, sarana penambatan seperti halnya dermaga serta jetty, kemudian sarana lautan pelabuhan seperti halnya kolam serta alur pelayaran, jalan, drainase, gorong- gorong hingga jembatan beserta wilayah pelabuhan perikanan itu sendiri.

 

b.   Fasilitas Fungsional

Meliputi sarana jasa kebutuhan lainnya di lokasi pelabuhan seperti halnya; pertolongan navigasi, jasa transportasi, stok urgensi sumber energi, pengerjaan pengendalian ikan, reparasi rajut jala, lokakarya, pengkomunikasian, serta sebagainya.

 

c.   Fasilitas Penunjang

Meliputi sarana penunjang pekerjaan seperti halnya; asrama teknisi, gardu jaga, asrama kost, MCK, Posyandu, tempat ibadah, serta tugas lembaga pemerintahan.

 

2.2.3      Masyarakat Nelayan

Nelayan ialah bagian penduduk Indonesia yang bermukim dengan mengoptimalkan potensi sumber daya maritim terutama sektor perikanan. Menjadi penduduk yang bermukim di kawasan pesisir membuat para nelayan memiliki karakter sosial yang senjang dengan penduduk yang umumnya bermukim di daratan. Bahkan dikebanyakan wilayah maritim yang bertumbuh dengan pesat, entitas penduduknya bersifat bermacam ragam. Selain itu juga, diantara dari mereka mempunyai solidaritas yang kuat, karakter korelasi yang dalam, serta tingginya etos kerja (Fargomeli, 2014). Di Indonesia, sebagian besar para nelayan menetap disekitar wilayah pesisir. Hal ini membuat para masyarakat nelayan hidup dengan pekerjaan yang mengoptimalkan sumber daya laut (Sastrawidjaya, 2002).

 

a.     Konsep Masyarakat Nelayan

Adapun konsep para nelayan ditinjau dari aspek fasilitas tangkap ikan-nya, dikelompokkan menjadi 2 yaitu; nelayan tradisional dan modern. Pada nelayan modern sudah jelas bila fasilitas tangkap nya lebih canggih dari nelayan tradisional, karena menggunakan teknologi yang sudah modern. Seperti halnya pada penmakaian motor pada perahu yang berbeda besar kecilnya serta potensi pemanfaatan fasilitas yang dipakai untuk menangkap ikan. Perbedaan kecanggihan fasilitas tangkap ini juga nanti akan memengaruhi keefisienan nelayan dalam bekerja (Imron, 2003:68).

Sebagaimana halnya pada penduduk lain, mereka yang berprofesi nelayan juga mendapati berbagai problematika yang rumit. Berbagai problematika ekonomi, politik, serta sosial didapati masyarakat nelayan, diantara problematika berikut juga meliputi; kemiskinan, teknologi dan pasar, keterbatasan modal, kesenjangan sosial serta bermacam tekanan perekonomian yang menghimpit. Selain itu juga lemahnya peran badan sosial perekonomian, rendahnya kualitas sumber daya manusia imbas dari keterbatasan akses kesehatan, pendidikan, pelayanan publik, dan sebagainya.

b.     Pengelompokkan Masyarakat Nelayan

Charles (dalam Widodo, 2006) mengelompokkan nelayan menjadi 4, yaitu diantara lain :

·       Nelayan Subsistence (Subsistence Fishers), merupakan bahariwan yang mencari ikan semata guna mencukupi keperluan pribadi.

·       Nelayan asli (Native/Indigenous/Aboriginal Fishers), merupakan bahariwan yang mengantongi kepribadian hampir seragam terhadap nelayan subsistence. Kendatipun nelayan asli juga mempunyai hak guna melaksanakan hak selaku profitabel, meskipun hanya tatkala barometer kecil saja.

·       Nelayan rekreasi (Recreational/Sport Fishers), merupakan masyarakat yang secara hakikat melaksanakan pekerjaan menangkap ikan sekedar untuk berolahraga dan bersenang-senang semata.

·       Nelayan komersial (Commercial Fishers), merupakan masyarakat yang mencari ikan bertujuan guna diperdagangkan, baik di pasar lokal maupun pasar ekspor.

 

c.     Keberadaan Nelayan Dalam Masyarakat Pesisir

Keberadaan nelayan sangatlah vital dan fundamental terutama dalam sistem masyarakat pesisir. Nelayan juga berperan penting terhadap perputaran roda ekonomi yang khususnya di wilayah sekitar pesisir, oleh karena itu keberadan nelayan menjadi salah satu nyawa perekonomian maritim. Secara kultural yang mereka punya meragami karakter hidup sosial dan kultur warga tepi laut secara umum. Adapun karakter yang menggambarkan stigma kemasyarakatan dan kebudayaan penduduk yang berprofesi penangkap ikan ialah :

 

·       Mempunyai solidaritas terhadap sosial yang tinggi. Masyarakat nelayan rata-rata memiliki karakter yang tegas dan keras, namun disamping itu nelayan juga memiliki kesadaran sosial yang tinggi. Salah satunya yaitu solidaritas, nelayan sangat solid pada rekan sesama masyarakat nelayan contohnya seperti saat memperbaiki kapal-kapal mereka, jaring, gotong royong, dan lain-lain.

·       Mempunyai etos dan semangat kerja. . Terlepas dari karakter nelayan yang keras, nelayan juga mempunyai rasa semangat yang tinggi dalam bekerja. Hal ini dibuktikan pada masyarakat nelayan yang rela berlayar berhari-hari dan berangkat disegala kondisi demi keseharian keluarga mereka.

·       Mengoptimalkan keahlian dan adaptasi. Kehidupan nelayan tidak selalu tentang lautan saja, masyarakat pesisir juga cenderung memiliki rasa ingin tau dan belajar yang tinggi. Hal ini membuat mereka terus mengoptimalkan skill dan kemahiran, bahkan kebanyakan masyarakat pesisir perlahan memegang peran penting terhadap pengembangan ekonomi maritim serta meneguhkan aturan kemaritiman.

·       Kompetitif dan cenderung untuk berprestasi. Masyarakat nelayan memiliki rasa semangat belajar yang tinggi, hal itu juga dapat ditunjukkan bahwa tak sedikit dari keluarga kalangan masyarakat nelayan yang berprestasi pada bidang akademik dan non-akademik dan memiliki persaingan yang kompetitif dengan rekan-rekan yang lain.

 

d.     Pentingnya Pengembangan Perikanan Untuk Masyarakat Nelayan

Pada hakikatnya pengembangan perikanan merupakan bagian yang fundamental dari pengembangan nasional yang dilakukan pada rencana pengembangan manusia di Indonesia. Pentingnya pengembangan perikanan ini termasuk salah satu bentuk investasi jangka panjang negara terhadap sektor maritim. Oleh karena itu, dengan mengaplikasikan teknologi untuk masyarakat nelayan dinantikan mampu untuk mengubah mental dan persepsi nelayan untuk mengoptimalkan usahanya dengan baik.

 

2.2.4      Pasar serta Pemasaran

Pasar merupakan area dimana pedagang serta klien bertemu guna melangsungkan perputaran roda ekonomi, yang dimana tindakan tersebut juga dapat dikatakan negosiasi antara produsen dan konsumen serta tempat transaksi barang dan juga jasa. Menurut Usman (2013) Pasar digolongkan menjadi beberapa macam, diantara lain yaitu :

a.     Pasar menurut wujud kesibukannya

·       Pasar Nyata

Pada pasar ini barang yang diperdagangkan boleh dibeli oleh konsumen, seperti halnya pada pasar tradisional serta swalayan.

 

·       Pasar Abstrak

Pada pasar ini penjual tidak menegosiasi barang yang dijualbelikan, melainkan melalui surat dagang-nya saja. Pasar ini seperti halnya pasar saham, online serta modal.

 

b.     Pasar menurut cara negosiasinya

·       Pasar Tradisional

Seperti namanya, pasar ini bersifat tradisional yang dimana pedagang serta konsumen bisa bernegosiasi langsung. Biasanya barang yang ditransaksikan seperti sembako.

·       Pasar Modern

Sesuai namanya, pasar ini pun bersifat modern yang dimana barang ditransaksikan secara harga pas dengan fasilitas sendiri. Contoh pasar modern seperti plaza, mall, dan sebagainya.

 

c.     Pasar menurut ragam barangnya

Pada pasar ini hanya memperjualbelikan barang tertentu saja, seperti halnya; pasar buah, pasar hewan, pasar ikan, dan lainnya.

 

d.     Pasar menurut keleluasaan mengedarkan

Pada pasar ini dikategorikan menurut keleluasaan pengedaran atau distribusi-nya. Contoh pasar ini diantara lain; lokal, wilayah, nasional serta internasional.

Sedangkan pemasaran ialah prosedur mengatur jalannya percakapan sistematis, yang bermaksud guna meneruskan pemberitahuan tentang barang dan jasa, yang dalam hubungannya berkaitan dengan kepuasan serta kebutuhan manusia.

 

a.     Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran dapat diartikan sebagai alur rencana atau strategi dalam proses pemasaran produk. Menurut Usman (2013) konsep penting pada pemasaran diantara lain yaitu :

 

·       Kebutuhan

Merupakan entitas yang dirasa minim atau terbatas. Karena memang sejak lahir, manusia telah dibekali rasa butuh dan telah menjadi sifat sosial setiap manusia.

·       Keinginan

Kondisi lingkungan sekitar menimbulkan adanya sebuah entitas yang dirasa minim maupun terbatas. Manusia memiliki banyak keinginan yang tak terbatas, oleh karena itu masalah tersebut membuat adanya asumsi bahwa keinginan untuk memenuhi kebutuhan. Dari sini marketing harus dapat mewujudkan apa yang diinginkan dan dibutuhkan pelanggan.

·       Permintaan

Merupakan perwujudan dari kebutuhan dan keinginan manusia, keinginan terhadap barang yang esklusif yang ditunjang dengan adanya kesanggupan dan kemauan untuk membayar-nya.

·       Produksi

Setelah adanya permintaan dari pelanggan, selanjutnya tentunya ada proses produksi. Produksi yaitu proses kegiatan yang menciptakan barang baru yang mempunyai manfaat guna mencukupi kebutuhan dan keinginan manusia.

·       Manfaat

Manfaat dapat dikatakan sebagai fungsi maupun faedah, dimana barang yang telah diproduksi dapat digunakan dengan baik dan berguna.

·       Kepuasan

Kepuasan ialah bentuk terpenuhinya kebutuhan dan keinginan yang telah dilayani dengan baik serta maksimal.

 


Gambar 1. Konsep penting pada pemasaran

Dapat dikatakan bila konsep pemasaran menjadi sebuah proses sebelum terjadinya jalannya perekonomian, karena konsep ini mendasari pada kebutuhan dan keinginan setiap manusia. Oleh karena itu adanya konsep tersebut sejalan dengan apa yang dibutuhkan setiap manusia, guna dapat memberi serta mencukupi kehidupan manusia setiap harinya.

b.     Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran dapat dikatakan sebagai analisa, persiapan, pengaplikasian, serta mengarahkan strategi dan kebijakan yang telah dibuat untuk memanifestasikan dan mengembangkan negosiasi yang profitabel dengan pasar yang disasar dengan hasrat memenuhi maksud tertentu.

 

c.     Gabungan Pemasaran

Menurut Usman (2013) Gabungan pemasaran ialah beberapa macam komponen pemasaran yang digabungkan serta diaplikasikan dengan tepat dan efisien, sehingga nantinya dapat menggapai tujuan pemasaran secara lancar dan hasilnya dapat memuaskan konsumen. Pada gabungan pemasaran ada 4 unsur pemasaran yang diantara lain:

 


 

Gambar 2. Unsur penting pada pemasaran

Terdapat aspek-aspek yang menunjang lancarnya sebuah pemasaran yang memiliki peran besar dalam tujuan memberikan kepuasan konsumen, dimana hal ini juga menjadi langkah terakhir sebelum proses transaksi maupun distribusi. Tentunya sebelum proses melakukan transaksi, ada beberapa hal yang harus dilakukan seperti ketersediaan barang, penetapan harga, lokasi penjualan serta distribusi barang, dan juga promosi produk.

 

d.     Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran sendiri telah menjadi pionir yang mengadakan jalannya pemasaran. Selain itu lembaga pemasaran juga mendistribusikan jasa serta stok komoditas dari produsen untuk konsumen akhir dan memiliki korelasi dengan pionir-pionir usaha maupun perseorangan. Tugas lembaga pemasaran salah satunya yaitu mengaplikasikan tugas pemasaran dan menyanggup kemauan konsumen sebaik mungkin.

Agar sebuah lembaga dapat meraih kesuksesan yang berkepanjangan, maka dari itu lembaga haruslah menghasilkan fasilitas yang menguntungkan untuk pelanggan. Manfaat dari menghasilkan fasilitas yang menguntungkan, lembaga membuat gabungan pemasaran (Hurriyati, 2010, p. 48). Adapun ragam lembaga pemasaran diantara lain yaitu :

 

·       Perantara Pedagang

Perantara pedagang memiliki korelasi dekat dengan owner barang. Mereka berwenang mempunyai barang yang diperdagangkan, meski tidak mempunyai secara bentuk. Perantara pedagang dibagi menjadi 3, diantara lain :

 

1.     Produsen, ialah pembuat serta pendistribusi benda menuju area pasar.

2.     Saudagar, ialah melabuhkan benda pada pelaku usaha lain.

3.     Penjual/bakul, ialah penjual benda pada pemakai yang terakhir.

 

·       Perantara Agen

Agen merupakan badan yang melakukan jual-beli barang pada sisi lain. Agen bisa berjalan di semua level pada alur pemasaran, dan secara umum agen dibagi menjadi 2 yaitu; agen pelengkap serta agen penunjang.

 

·       Agen Penunjang (Facilitating Agent)

Ialah biro yang terfokus pada bermacam sudut pandang eksodus barang dan jasa. Pekerjaan biro ini ialah menyokong eksodus barang semacam itu hingga nantinya menyelenggarakan secara langsung proses negosiasi pedagang dan konsumen. Agen penunjang dibagi menjadi 4 yang diantara lain yaitu; biro pencadangan, biro borongan, biro pengiriman spesifik, dan biro penjualan serta pembelian.

 

·       Agen Pelengkap (Supplemental Agent)

Yaitu agen yang bertugas mengaplikasikan jasa tambahan pada saat pendistribusian barang dengan maksud membenahi kekurangan. Jika pedagang lain tidak bisa melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan pendistribusian barang, maka agen pelengkap sebagai alternatif pengganti. Bermacam pelayanan yang dikerjakan meliputi; pelayanan informasi, pelayanan finansial, pelayanan konsultasi, serta pelayanan khusus lainnya.

 

2.3  Produk Domestik Bruto (PDB)

 Kuat dan lemahnya kondisi perekonomian sebuah wilayah sendiri dapat diketahui melalui sebuah indeks yang bisa dipakai guna menakar serta menaksir kondisi perekonomian berjalan dengan kuat ataupun lemah. Dari indeks tersebut, nantinya dapat difungsikan guna mengetahui besar total pendapatan yang diterima dari sebuah perekonomian, serta mengetahui potensi realisasi perekonomian tersebut.

Potensi dan realisasi ekonomi maritim dapat ditentukan oleh jumlah pendapatan nasional dari perhitungan barang yang telah diciptakan oleh sebuah wilayah pada waktu tertentu (Sukirno, 2000:28). Produk Domestik Bruto (PDB) juga dapat dikatakan sebagai barometer secara statistik/angka terhadap naik turunnya perekonomian terkait ilustrasi kemakmuran masyarakat, karena penakaran PDB sendiri mengacu pada jumlah pendapatan dan pengeluaran.

Menurut Mankiw (2012:16), menyatakan bahwa PDB bisa dipergunakan sebagai perbandingan guna mengetahui besarnya jumlah pengeluaran serta pemasukan sebuah perekonomian secara total, karena penakaran dari pemasukan serta pengeluaran nantinya ditetapkan akan sama dalam membentuk PDB. Menurut Mankiw (2006:15), mengungkapkan bila data pemasukan dalam negeri melalui segi PDB yang dijumlahkan dengan upaya neto, disebutkan 2 macam yaitu :

 

a.     PDB Riil

PDB ini menetapkan apa yang nantinya akan berlangsung pada pengeluaran, jika kuantitas berganti sedangkan nilai/harga tidak mengalami pergantian.

 

b.     PDB Nominal

Penakaran harga barang/jasa dengan jumlah harga yang berlangsung pada kurun durasi waktu tersebut.

 

Dapat dipersepsikan bahwa penakaran PDB nominal sendiri memakai harga yang sedang berlangsung untuk tumpuan perhitungan, karena PDB nominal dipakai guna mengamati perubahan yang ada pada bidang perekonomian. Sedangkan pada PDB riil memakai harga regular pada tahun inti yang telah ditetapkan, karena PDB riil dipakai guna mengerti perkembangan ekonomi setiap tahunnya pada tiap daerah.


Sumber : ANALISA PERAN DAN FUNGSI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG TERHADAP PENINGKATAN EKONOMI MARITIM DI KABUPATEN LAMONGAN

Penulis: Muhammad Fadlan Rizqi Wahyudi

Contoh BAB 1 Skripsi

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Lamongan merupakan daerah yang berada pada bagian utara di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Lamongan sendiri mempunyai garis pantai yang membentang sepanjang 47 km meliputi 17 desa pesisir serta secara langsung bersebelahan dengan Laut Jawa di Utara, atau dapat dikenal dengan daerah Pantura (Pantai Utara). Secara Geografis, Kabupaten Lamongan mempunyai potensi Sumber Daya Alam yang sangat besar salah satunya dibidang maritim atau kelautan. Keadaan alam ini menjadikan pilihan alternatif bagi masyarakat pesisir sekitar untuk bekerja di sektor perikanan. Kecamatan Brondong bisa dikatakan salah satu daerah yang potensi sumberdaya perikanan tangkap-nya besar. Oleh karena itu, adanya Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong (PPNB) sangat menunjang aktivitas perikanan masyarakat Brondong dan sekitarnya, khususnya para nelayan.

Peranan strategis PPN Brondong pada ekonomi perikanan dan kelautan menjadi pusat perekonomian maritim yang khususnya terletak di Kabupaten Lamongan. Selain itu PPN Brondong menjadi penyambung nelayan dan para konsumen. Tak hanya itu, PPN Brondong juga menjadi tempat perputaran ekonomi masyarakat sekitar dan jembatan perekonomian laut dan darat (Suherman dan Dault, 2009:26).

Pentingnya PPN Brondong pada ekonomi maritim membuat peningkatan produksi hasil tangkap yang ada. Melimpahnya potensi sumberdaya perikanan yang ada membuat PPN Brondong menjadi pusat perekonomian maritim sejak saat ikan didaratkan hingga dipasarkan. Pertambahan nilai hasil tangkap diperlukan perluasan Pelabuhan Perikanan untuk pendaratan hingga pemasaran ikan (Lubis, 2011).

Menurut Sjamsuddin (2005, h.26) dalam sektor pemerintah serta infrastruktur dibutuhkan dukungan pihak swasta, karena penting untuk penambahan efektivitas, pelesapan pekerja, dan pengembangan investasi ekonomi. Menurut Dahuri dkk dalam Kusnadi (2006, h.26) daerah pesisir adalah daerah peralihan yang melabeli lokasi transisi daratan dan lautan serta sebaliknya. Di kawasan sekitar penduduk hidup dengan mengampukan sumberdaya kelautan secara langsung dan tidak langsung. Di daerah ini masyarakatnya secara luas berprofesi menjadi nelayan (Kusnadi, 2006, h.27).

Berdasarkan adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER. 20/PERMEN-KP/2014 tanggal 16 Mei 2014, UPT PPN Brondong bertugas menunjang produksi juga pemasaran hasil perikanan di kawasannya, dan mengawasi serta mengelola potensi sumberdaya ikan. Tidak hanya itu, UPT PPN Brondong juga bertugas mengawasi proses fluensi pekerjaan kapal ikan, serta melayani kesyahbandaran saat di Pelabuhan Perikanan.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong (PPNB) mempunyai visi menjadi sentral pengembangan progres ekonomi perikanan tangkap yang maju dan berkelanjutan untuk mensejahterakan rakyat, serta mempunyai misi memanfaatkan potensi ikan secara optimal dan berkesinambungan juga memaksimalkan bisnis perikanan tangkap yang efisien. Pelabuhan Perikanan ini juga menjadi Pelabuhan Perikanan terbesar yang ada di Jawa Timur, hal ini dapat diketahui dari jumlah tangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan disana. Pada bulan Oktober tahun 2022, produksi tangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong mencapai 248.504 kg dan nilai produksinya adalah Rp. 5.821.174.500,-.


Gambar 1. Data Operasional Harian PPN Brondong 10 Oktober 2022

Sumber: Infografis Data Operasional PPN Brondong

 

Jumlah tersebut dapat ditunjukkan melalui gambar Infografis Data Operasional Harian Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong pada 10 Oktober 2022. Dari total 30 kapal yang berlayar, nelayan mendapatkan jumlah total hasil tangkapan sebanyak 237.004 Kg. Beberapa jenis ikan hasil tangkap yang mendominasi ialah Biji Nangka/Jenggot, Kapas-kapas, Kuniran, Kurisi, Mata Besar/Swanggi, Cumi-cumi, dan bermacam jenis ikan lain. Total produksi ikan per 10 Oktober mencapai 248.504 Kg dengan jumlah nilai Rp. 5.821.174.500,-. Sedari awal pemberangkatan nelayan berlayar hingga kembali bersandar ke pelabuhan perikanan dan proses pengolahan dan produksi ikan, jumlah total konsumsi logistik mencapai 9390 liter solar, 90 liter oli, 60,60 ton es, serta 44.000 liter air.

Dalam mewujudkan peningkatan ekonomi maritim di Kabupaten Lamongan yang lebih optimal, Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong diharapkan mampu dan menjadi tonggak perekonomian maritim. Sehingga dapat menambah potensi added value daerah serta menjadi percontohan bagi Pelabuhan Perikanan yang lain.

Pada akhirnya hasil pendapatan nelayan dipastikan oleh efisiensi serta efektivitas usahanya. Peluang efisiensi dapat diterka dari murahnya biaya operasional, serta peluang efektivitas dapat diterka dari jumlah besar hasil tangkap dan terjual dengan harga yang sebanding aneka ragam serta kualitas mutu hasil tangkap (Yanti, 2014).

Bangsa Indonesia mengalami 2 keterlambatan di dunia industri maritim, salah satunya pada pengembangan wilayah maritim. Perdagangan telah dilakukan sejak dahulu kala, puncaknya bertepatan saat kapal modern mulai digunakan untuk sarana angkutan barang dan penunjang aktivitas perekonomian (Purwanto, 2015).

Ruang lingkup industri maritim meliputi sektor desain, konstruksi, manufaktur, mengoperasi dan memelihara kapal, hingga mengelola jalur pelayaran. Salah satu sektor krusial di industri maritim yaitu sub sektor transportasi yang meliputi pekerjaan manusia di transportasi seperti kapal, kereta api, truk, tug, tongkang, dan lain sebagainya (Peretomode, 2014).

Salah satu faktor yang membuat pelesapan tenaga kerja adalah hasil produksi perikanan tangkap yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Masalah ini dapat diterka bila saat hasil produksi ikan sedang tinggi maka pelesapan tenaga kerja naik, sebaliknya bila hasil produksi ikan sedang turun maka pelesapan tenaga kerja juga turun (Wenny, 2014).

Peran transportasi dalam memberi akomodasi konsolidasi di pemukiman salah satunya yaitu untuk meningkatkan pondasi maritim membuat roda ekonomi, politik dan sosial yang berhubungan dengan kelautan (Frost, 2004). Namun dari kenyataan yang ada, pemerintah masih belum bisa memaksimalkan potensi maritim yang ada. Padahal jika dilihat dari sisi potensi, sektor maritim mempunyai potensi sangat besar. Apabila dapat dikelola dengan baik serta dapat dioptimalkan, tentunya dapat memberi nilai tambah yang signifikan terhadap perekonomian di Kabupaten Lamongan.

Pengembangan Pelabuhan Perikanan tak selalu membandingkan untung dan kerugian, tetapi juga harus berfikir panjang dengan mempertimbangkan jangka panjang apa yang dibutuhkan dan manfaat lainnya. Sebagai suatu elemen penting pada industri maritim yang luas, dibutuhkan sebuah tatanan supaya bisa berfungsi dengan maksimal. Semua akan berjalan sesuai prosedur tatanan apabila adanya hubungan berbagai ragam stakeholder yang meliputi lembaga serta penduduk yang mempunyai keterkaitan peningkatan ekonomi masyarakat pesisir (Suherman dan Dault, 2009).

Faktor yang membuat pendapatan nelayan kadang naik turun yaitu melingkupi sudut pandang sosial dan ekonomi yaitu dari banyaknya biaya, total perahu atau kapal, total pekerja, jarak tempuh melaut, serta pengalaman (Arliman, 2013). Pada Semester I Tahun 2021, jumlah produksinya mencapai 24.334 ton  atau senilai  Rp 437,17 miliar.  Kapal  perikanan  yang  bekerja  di PPN Brondong didominasi ukuran 10-30 GT, meskipun tak sedikit pula kapal nelayan berukuran kurang dari 10 GT (kkp.go.id). Melihat banyaknya hasil tangkapan nelayan yang diperoleh nantinya mendapat profit, pada pendapatan yang dihasilkan pasti ada berbagai faktor yang mempengaruhi bak hasil tangkapan, tarif operasional, ukuran kapal, jarak tempuh berlayar, serta tenaga kerja. Maka dari itu, perlunya menganalisa faktor tersebut serta peran dan fungsi PPN Brondong terhadap peningkatan ekonomi maritim di Kabupaten Lamongan.

 

1.2 Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang yang sudah dieksplanasi, Penulis mendapat rumusan masalah untuk diteliti, yaitu :

 

1.         Faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan nelayan pada PPN Brondong?

2.         Sejauh mana peran PPN Brondong pada sektor ekonomi maritim di Kabupaten Lamongan?

3.         Berapa besar potensi dan realisasi ekonomi maritim dari PPN Brondong terhadap ekonomi maritim di Kabupaten Lamongan?

 

1.3 Tujuan Penelitian

 Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

 

1.         Mengetahui faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan pada PPN Brondong?

2.         Mengetahui peran PPN Brondong pada sektor ekonomi maritim di Kabupaten Lamongan?

3.         Menghitung potensi dan realisasi ekonomi maritim dari PPN Brondong terhadap ekonomi maritim di Kabupaten Lamongan?

 

1.4 Batasan Masalah

Guna menafikan terjadinya pembelotan yang membuat tidak jelasnya arah tujuan dari masalah penelitian ini, maka digunakan batasan masalah sebagai pembatasan untuk memfokuskan pembahasan dan mencapai tujuan dari penelitian ini. Pembatasan masalah penelitian ini diantara lain yaitu :

 

1.         Studi kasus penelitian ini dilaksanakan pada Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang terletak di Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur.

2.         Risiko yang dianalisa yaitu terkait faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan.

3.         Responden pada penelitian ini diantara lain yaitu Staff dan Nelayan.

4.         Metode pengambilan data dilaksanakan dengan cara wawancara dengan responden.

 

1.5 Manfaat Penelitian

Dari pengkajian ini dapat bermanfaat serta berguna untuk :

 

 

1.         PPN Brondong

Menjadi kajian pemberitahuan beserta dan referensi, serta catatan untuk evaluasi kinerja pengelolaan Pelabuhan Perikanan Nusantara sendiri agar bisa meningkatkan ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan kedepannya.

 

2.         Nelayan

Sebagai kajian informasi bahwa PPN Brondong dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar serta mengelola Pelabuhan Perikanan secara optimal.

 

3.         Pemerintahan

Sebagai kajian informasi khusus Lembaga agar dapat meningkatkan dan mengelola Sumber Daya Alam khususnya Pelabuhan Perikanan Nusantara yang menjadi salah satu tonggak perekonomian maritim di Indonesia.

 

4.         Peneliti

Sebagai kajian informasi pengetahuan dan keilmuan untuk meningkatkan wawasan akademis tentang peran dan fungsi Pelabuhan Perikanan Nusantara terhadap nelayan dan peningkatan ekonomi maritim di Kabupaten Lamongan.










Sabtu, 02 Desember 2023

Manajemen Operasional di Industri Pembuatan Kapal

Industri Pembuatan Kapal

Sebuah industri yang menghasilkan produk (kapal, struktur lepas pantai, pabrik terapung dll) untuk pelanggan (pemilik swasta, perusahaan, pemerintah, dll).


Proses Pembuatan Kapal

• Pengembangan persyaratan pemilik

• Desain awal / konsep

• Desain kontrak

• Penawaran / kontrak

• Desain dan perencanaan detail

• Konstruksi


Urutan dasar konstruksi Kapal

• Sebuah rencana garis awal dan diberhentikan untuk skala di kantor loteng

• Pelat dan bagian dibeli ke toko produksi dari gudang baja dan kemudian, diluruskan, diledakkan dan disiapkan di jalur perawatan

• Pelat persegi dipotong dan baja juga ditekuk agar sesuai dengan kontur kapal

• Komponen baja diangkut untuk dirakit dan dilas bersama di bengkel sub-perakitan dan dibuat menjadi perakitan utama atau blok besar

• Rakitan besar didirikan di tempat berlabuh bangunan

• Kapal diluncurkan dan ditarik setelah diluncurkan ke dermaga pemasangan

• Kapal menuju dok kering untuk pembersihan dan pengecatan lambung kapal

• Kapal menjalani uji coba pembuktian


Organisasi Galangan Kapal

• Administrasi (penggajian, akuntansi, tenaga kerja, keselamatan)

• Produksi (perencanaan, penjadwalan dan pengendalian produksi)

• Teknik (desain, teknik produksi dan informasi)

• Pembelian (bahan baku, pekerjaan sub-kontrak dan kompetisi)

• Jaminan kualitas (pemilik kapal, badan pengatur dan kelas)

• Manajemen proyek (kemajuan, anggaran, jadwal, bahan)


Perdagangan

• Loftman, blaster, pelukis, pembakar, tukang las, buruh, operator crane, masinis, listrik, tukang kayu, isolator dan mekanik peralatan AC, tukang pipa, penyambung, dll.


Fasilitas Galangan Tipikal :

• Lokasi dan lahan untuk mendirikan kapal

• Dermaga untuk menyimpan kapal yang mengapung

• Toko (penandaan baja, pemotongan, bengkel pembentukan, bengkel perakitan baja, persiapan permukaan, bengkel pelapisan, bengkel pipa, bengkel lembaran logam, bengkel mesin, bengkel listrik)

• Area kerja penyimpanan, penyusunan, dan pintu keluar

• Gedung pendukung kantor dan personel



Pengertian model pembuatan kapal :
Hal ini didasarkan pada teori produksi yang diterapkan pada proses produksi untuk output total yang telah ditentukan dan tetap.

1. Total output tetap pada saat penandatanganan kontrak

2. Waktu untuk memulai dan menyelesaikan produksi ditentukan

3. Tingkat produksi rata-rata ditentukan secara konsekuen



Fungsi model pembuatan kapal :
Untuk menganalisis dan menjelaskan kelebihan biaya dalam program pembuatan kapal, pemicu biaya dan bagaimana biaya dapat dikendalikan dengan menggunakan teknik manajemen produksi yang lebih baik.

Fungsi produksi pembuatan kapal :
- Mendefinisikan ukuran output

- Ketergantungan waktu biaya produksi pada pemanfaatan sumber daya

- Pengaruh biaya produksi kapal terhadap perubahan tingkat produksi



Hasil Produksi
- Persentase penyelesaian kapal

- Komponen yang disebut paket pekerjaan, diperkirakan membutuhkan jumlah jam kerja

- Isi pekerjaan satu ton baja



Fungsi Produksi Standar
QT = Q (Kt, Lt, Et)

Di mana:

Qt = laju keluaran fisik

Lt = laju penggunaan tenaga kerja pada waktu t

Et = efek efisiensi dari perubahan yang membutuhkan output

Kt = tingkat penggunaan modal pada waktu t

Qt = kaki pipa yang dipasang atau ton baja yang dipasang / hari atau jam kerja standar / satuan waktu

Lt = sebagai tenaga kerja yang disesuaikan dengan kualitas, tergantung pada

- Nomor urut kapal

- Jumlah pekerja

- Tingkat waktu perubahan jumlah pekerja

- Lama hari kerja

- Tingkat keahlian

- Tingkat pengalaman

Et = efek dari :Instagram

- Rencana tidak lengkap atau hilang

- Gangguan pekerja atau layanan pendukung

- Semangat pekerja

Tingkat produksi tergantung pada perubahan rencana produksi karena:
- Pelanggan memulai perubahan pada rencana

- Estimasi atau kesalahan penjadwalan oleh pembangun

Karakter Model Pembuatan Kapal
- Terdiri dari banyak (n) operasi atau tugas diskrit

- Output dari tugas-tugas ini adalah produk sementara yang merupakan input untuk produk selanjutnya

- Output dari proses konstruksi adalah paket pekerjaan



- Jumlah keluaran yang dibutuhkan (q) =

Jumlah semua paket pekerjaan yang diperlukan



Kemajuan pembangunan kapal

Proses (Pi (t)) =



Jumlah paket yang diselesaikan pada waktu (t). SMH

Jumlah paket pekerjaan yang dibutuhkan, SMH



(persen penyelesaian fisik)



Efek Kurva Pengalaman

Ya = a / X b

Situs Gratis Yang Dapat Meningkatkan Skill dan Cari Pekerjaan

Berikut ini adalah situs yang dapat membantu kalian untuk meningkatkan skill dan membantu untuk memperoleh pekerjaan. Semoga dapat membantu ...